Kisah Sukses

Saptuari Sugiharto, Merchandise Untuk Semua Ala Kedai Digital 
Senin, 12 Maret 2012
“Siapapun berhak punya merchandise sendiri tanpa memandang latar belakang. Mereka boleh narsis dengan cara yang positif. Si A bisa punya mug dengan gambar wajahnya sendiri dan si B pun juga bisa membuat sarung bantal dengan foto bersama pacarnya yang tercetak diatasnya. Itulah konsep awal pembentukan Kedai Digital,” ujar Saptuari Sugiharto, pemilik Kedai Digital dan juga Pemenang II Penghargaan Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2007 kategori Alumni dan Pascasarjana, dengan menggebu-gebu.

Diawali dengan modal senilai Rp 20 juta dari hasil menggadaikan surat tanah ibunya yang merupakan  satu-satunya aset keluarga yang dimiliki, Saptuari memulai usaha Kedai Digital pada tahun 2005. Dengan konsep memberikan kebebasan kepada para konsumen untuk bisa berkreasi dengan foto olah digitalnya dan kemudian dicetak di barang merchandise. Kedai Digital memberikan layanan tambahan kepada para konsumen, yaitu mereka dapat bisa memesan dalam jumlah satuan, berbeda dengan toko merchandise lainnya yang mengharuskan pemesanan dalam jumlah massal.

Pada awal berdirinya Kedai Digital di Yogyakarta, konsumen hanya bisa memesan mug, pin dan jam. Tapi untuk menarik minat konsumen Saptuari pun membuat lebih banyak variasi. Saat ini, produk yang dihasilkannya antara lain adalah mug dengan berbagai warna dan bentuk, kaos, bantal, poster, gantungan kunci, poster susun dari keramik, tas laptop, mouse-pad  serta segudang inovasi lainnya.

Kurang lebih 60% konsumen Kedai Digital adalah individu yang sebagian besar adalah anak muda, khusunya para pelajar dan mahasiswa. Sisanya adalah segmen konsumen korporat yang membutuhkan merchandise untuk event promo perusahaannya. Konsumennya pun tak terbatas hanya di wilayah Indonesia saja, namun juga telah mencapai luar negeri. “Ada konsumen yang rutin bikin mug sebagai souvenir untuk dikirim ke Amerika dan Eropa,” ujarnya.

Strategi pemasaran usaha yang diterapkan Saptuari adalah melalui sosial media baik via website, Facebook maupun Twitter. Kedai Digital juga membangun komunitas yang dinamakan “Kawan Kedai”. Strategi ini ternyata ampuh, terbukti dengan datangnya pesanan tidak hanya dari Yogyakarta namun dari seluruh Indonesia. 

Usaha Saptuari pun semakin maju sejak memperoleh pembinaan dari Bank Mandiri. Sebelum menjadi juara WMM bisnis Kedai Digital belum terlalu dikenal oleh masyarakat. Namun dengan dukungan promosi di berbagai media massa sebagai salah satu bentuk pembinaan Bank Mandiri telah membuat usahanya mulai dikenal luas. Selain itu berkat pelatihan bisnis yang difasilitasi oleh Bank Mandiri pengetahuan Saptuari akan dunia usaha semakin bertambah luas serta berhasil membuat Kedai Digital masuk ke dunia franchise dengan menjalankan skema Business Opportunity. 

Melalui skema ini, bisnis sepenuhnya menjadi milik mitra kerja dan mereka hanya berkewajiban untuk membayar royalti sebesar 2.5% per bulan. Untuk mendukung keberlanjutan usahanya, para mitraKedai Digital berkesempatan mendapat pembekalan, antara lain pengetahuan tentang bisnis merchandise, dukungan penyediaan mesin, bahan baku serta pelatihan-pelatihan. “Kami tidak membatasi jangka waktu maksimal pelaksanaan kerja sama. Selama bisnis berjalan dan tidak ada pelanggaran, kami berkomitmen untuk terus menjalankan bisnis dengan mitra kerja,” jelasnya.

Taktik tersebut pun berbuah manis. Saat ini Kedai Digital telah hadir di 52 cabang yang terletak di 30 kota dengan omzet yang menggembirakan. Adapun dari seluruh cabang tersebut Saptuari hanya memiliki delapan cabang sedangkan selebihnya dimiliki oleh mitra kerja. Ke depan Saptuari telah menargetkan penambahan minimal satu franchise baru di setiap bulannya.


Sedekah Rombongan

“Saya ingin menjadi social enterpreneur, sehingga ke depan saya bisa berusaha sekaligus menolong orang –orang yang membutuhkan,” ujar Saptuari. Bergerak dari landasan itulah maka Saptuari memulai gerakan #SedekahRombongan yang digerakan melalui media twitter dan website serta tim sukarelawan. Hasilnya tak disangka, dalam waktu 16 bulan, Sedekah Rombongan berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 7,8 miliar yang disumbangkan ke panti asuhan, sekolah luar biasa, janda tua yang membutuhkan dan pasien berpenyakit berat yang tak memiliki dana.

“Saat ini kami sedang mengumpulkan dana untuk Hanifah, seorang anak kecil yang memiliki kanker ganas di mata dan harus kemoterapi sebanyak 100 kali. Total pasien yang ditangani Sedekah Rombongan saat ini berjumlah 49 orang, dengan lokasi di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Malang,” jelasnya. Bagi Saptuari, menjadi social enterpreneur merupakan wujud keseimbangan. Menjadi pengusaha bukan hanya soal mencari materi semata, akan tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi kehidupan orang lain. 

Sumber : wirausaha mandiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar